Senin, 30 April 2012

Manhaj Dakwah Sahabat Radhiallahu ‘Anhum Bagian1 (Mukti Ali Abdul Karim,Lc)


A.  Kaidah Berkaitan dengan Seorang Dai (Juru Dakwah)

     1.      Mengikhlaskan niat dalam berdakwah.
Allaoh berfirman dalam surah al-hajj ayat 37 yang artinya: “Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi Ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya”.

Rasulullah bersabda: “… Dan seorang yang mempelajari Ilmu dan mengajarkannya dan juga menghafal al-Quran, kemudian diingatrkan akan nikmat yang telah didapatkan dan iapun mengetahuinya, kemudian  ia ditanya: apa yang telah engkau lakukan dengan nikmat itu? Ia menjawab: aku telah mempelajari dengannya ilmu dan mengajarkannya juga membaca al-Quran karena-Mu ya Allah.  Allah menjawab : Engkau telah berdusta” akan tetapi engkau mempelajari ilmu agar engkau dikatakan sebagai orang alim, dan sudah dikatakan demikian.  Kemudian dia di seret di atas wajahnya dan dilemparkan de dalam api neraka (HR. Muslim 1905).

Allah berfirman pada Surah Huud ayat 29, yang artinya :
“Dan (dia berkata): "Hai kaumku, aku tiada meminta harta benda kepada kamu (sebagai upah) bagi seruanku. Upahku hanyalah dari Allah ".

Selanjutnya Allah Berfirman pada Surah Huud ayat 51, yang artinya:
“Hai kaumku, aku tidak meminta upah kepadamu bagi seruanku ini. Upahku tidak lain hanyalah dari Allah yang telah menciptakanku. Maka tidakkah kamu memikirkan(nya)?"

2.       Berdakwah dengan Ilmu
Allah berfirman yang artinya:
“Katakanlah: "Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha suci Allah, dan aku tiada Termasuk orang-orang yang musyrik". (Yusuf : 108)
Allah perintahkan kita untuk kepada ahli ilmu untuk mengetahui tentang yang haq dalam firmannya yang artinya adalah:
“Dan apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan ataupun ketakutan, mereka lalu menyiarkannya. dan kalau mereka menyerahkannya kepada Rasul dan ulil Amri[322] di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari mereka (Rasul dan ulil Amri)[323]. kalau tidaklah karena karunia dan rahmat Allah kepada kamu, tentulah kamu mengikut syaitan, kecuali sebahagian kecil saja (di antaramu). (an-Nisa : 83)

Selanjutnya Allah berfirman dalam surah an-Nahl ayat 43 yang artinya:
“Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui.

Demikianlah pula Rasululloh memperingatkan keras tentang orang yang berfatwa tanpa ilmu atau tidak bertanya ketika tidak mengetahui, dalam sabdanya :
“Sungguh mereka telah membunuhnya, semoga Allah membunuh mereka, tidakllah mereka bertanya ketika mereka tidak tahu, sesungguhnya obat dari kejahilan itu adalah bertanya”. ( HR.Abu Daud 334).
Al-Hafizd Ibnu Hajar berkata: “Yang dimaksud dengan ilmu adalah ilmu syar’i yang menerangkan tentang apa yang wajib diketahui oleh seorang mukallaf dari perkara agamnya, baik berkenaan dengan ibadahnya, mu’amalhnya, ilmu tentang Allah dan sifat-sifatnya dan apa yang wajib ia tunaikan dari perintah-poerintah Allah” (Fathul Baari: I/141).
3.       Bersabar dan Lemah Lembut dalam Berdakwah
Allah berfirman yang artinya:
“Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, Maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara Dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai Keuntungan yang besar”. (Fushshilat: 34-35)

Selanjutnay Allah berfirman yang artinya:
“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. dan Sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu'”. (al_Baqaroh: 45)

Rasululloh bersabda:
“Allah maha lembut dan mencintai kelembutan, Allah memberika kepada kelembutan apa yang tidak diberikan kepada kekerasan dan kepada selainnya”. (HR.Muslim : 2593)

Ketika malaikat gunung memdatangi Rasululloh dan menawarkan untuk menimpakan gunung kepada penduduk thoif.  Beliau menjawab – menggambarkan kesabaran dan kelembutan beliau:
“Tidak, bahkan aku berharap semoga Allah mengeluarkan dari tulang sulbi mereka generasi yanghanya menyembah Allah semata dan tidak menyekutukannya dengan sesuatu pun” (HR.Bukhori : 3231).

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More